NPM: 24210316
Kelas: 4 e b 2 2
***
BAB IX
Disclosure
Disclosure
Kata
Disclosure memiliki arti tidak menutupi atau tidak menyembunyikan. Apabila
dikaitkan dengan data, Disclosure berarti memberikan data yang bermanfaat
kepada pihak yang memerlukan. Jadi data tersebut harus benar-benar bermanfaat,
karena apabila tidak bermanfaat, maka tujuan dari pengungkapan (Disclosure)
tersebut tidak akan tercapai. Apabila dikaitkan dengan laporan keuangan,
Disclosure mengandung arti bahwa laporan keuangan harus memberikan informasi
dan penjelasan yang cukup mengenai hasil aktifitas suatu unit usaha. Dengan
demikian informasi yang diungkapkan harus jelas, lengkap dan dapat
menggambarkan secara tepat mengenai kejadian-kejadian ekonomi yang berpengaruh
terhadap hasil operasi unit usaha tersebut.
Tiga konsep pengungkapan
yang umumnya diusulkan adalah sebagai berikut :
1.
Pengungkapan
yang cukup (Adequate)
Disclosure
yang minimal harus ada sehingga ikhtisar-ikhtisar keuangan menjadi tidak
menyesatkan.
2.
Wajar (Fair
Disclosure)
Tersirat
tujuan-tujuan etis untuk memberikan perlakuan yang sama kepada semua pihak yang
merupakan pembaca potensi pembaca potensial dari laporan keungan.
3.
Lengkap (Full)
Berarti
penyajian semua informasi yang relevan. Bagi beberapa pihak Full Disclosure
berarti penyajian informasi secara berlebih-lebihan dan karenanya tidak tepat.
Informasi yang berlebih-lebihan adalah berbahaya karena penyajian informasi
dengan detail terlalu banyak justru akan menyembunyikan informasi yang penting
dan membuat laporan keuangan menjadi sukar diinterpretasikan. Yang paling umum
digunakan dari ketiga konsep diatas adalah pengungkapan yang cukup (Adequate).
Dalam Statement of Financial Accounting
Concepts (SFAC) Nomor 1, dinyatakan bahwa laporan keuangan harus menyajikan
informasi yang berguna untuk investor dan calon investor, kreditur, dan pemakai
lain dalam pengambilan keputusan investasi, kredit dan keputusan lain yang
sejenis yang rasional. Informasi tersebut harus dapat dipahami oleh mereka yang
mempunyai wawasan bisnis dan ekonomi. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan
agar dapat dipahami dan tidak menjadikan salah intepretasi, maka penyajian
laporan keuangan harus disertai dengan disclosure yang cukup (adequate
disclosure) artinya informasi yang disajikan tidak berlebihan namun juga tidak
kurang sehingga tidak menyesatkan orang yang membacanya.
Informasi yang diungkapkan dalam laporan
tahunan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu pengungkapan wajib (Mandatory
disclosure) dan pengungkapan sukarela ( Voluntary disclosure ).
Pengungkapan wajib merupakan
pengungkapan yang diharuskan oleh peraturan yang berlaku, dalam hal ini adalah
peraturan yang ditetapkan oleh lembaga yang berwenang. Sedangkan pengungkapan
sukarela adalah pengungkapan yang melebihi dari yang diwajibkan. Disclosure
dalam laporan tahunan merupakan sumber informasi untuk pengambilan keputusan
investasi. Keputusan investasi sangat tergantung dari mutu dan luas
pengungkapan yang disajikan dalam laporan tahunan.
Pengungkapan laporan tahunan
masing-masing berbeda. Perbedaan ini terjadi karena karakteristik dan filosofi
manajemen masing-masing perusahaan juga berbeda. Selain digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan disclosure dalam laporan tahunan juga digunakan sebagai
sarana pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan
kepadanya.
Salah satu cara untuk mengukur kualitas
pengungkapan yang digunakan dalam penelitian-penelitian sebelumnya adalah
berdasarkan daftar item pengungkapan yang terdapat dalam laporan tahunan.
Pengukuran kualitas pengungkapan tersebut dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
memberi bobot kepada setiap item dan tanpa memberi bobot pada item pengungkapan
tersebut. Pengukuran kualitas pengungkapan tanpa pembobotan telah dilakukan
oleh beberapa peneliti misalnya Subiyantoro (1997), dan Suripto (1998).
Pengukuran kualitas pengungkapan yang dilakukan dengan pemberian bobot pada
setiap item akan didasarkan pada hasil wawancara atau kuesioner yang ditujukan
kepada berbagai pihak yang berkepentingan dengan laporan tahunan. Cara
pengukuran kualitas pengungkapan dengan pembobotan tersebut telah dilakukan
oleh beberapa peneliti sebelumnya, misalnya, Botosan (1997), dan Shanghvi dan
Desai (1971) dalam Gunawan dan Susanto (2004),. Beberapa penelitian mengenai
pengungkapan menggunakan indeks pengungkapan (disclosure index) sebagai
indikator empiris tingkat pengungkapan. Indeks pengungkapan merupakan rasio
antara jumlah elemen informasi yang dipenuhi dengan jumlah elemen informasi
yang diharapkan.
Suatu studi empiris membuktikan bahwa
perusahaan-perusahaan sebenarnya enggan untuk memperluas pengungkapan laporan
keuangan tanpa tekanan dari profesi akuntansi atau pemerintah. Akan tetapi,
pengungkapan merupakan hal yang vital bagi pengambilan keputusan optimal para
investor dan untuk pasar modal yang stabil. Pengungkapan informasi yang relevan
cenderung untuk mencegah kejutan yang mungkin dapat mengubah secara total masa
depan perusahaan. Hal itu juga cenderung memberikan kepercayaan yang lebih
besar kepada para investor terhadap informasi keuangan yang disediakan bagi
mereka (Hendriksen, 1997).
Alat analisis terakhir digunakan untuk
mengetahui variabel-variabel yang mempengaruhi pengungkapan laporan keuangan
yang dibahas dalam penelitian ini adalah analisis regresi. Regresi dalam pengertian
modern adalah studi bagaimana variabel dependen dipengaruhi oleh satu atau
lebih variabel independen dengan tujuan untuk mengestimasi dan atau memprediksi
nilai rata-rata variabel dependen didasarkan pada nilai variabel independen
yang diketahui (Widarjono, 2005). Penelitian ini menggunakan regresi berganda
sebagai alat analisis, karena dalam analisis regresi dapat menjelaskan hubungan
antara variabel independen dan variabel dependen yang menunjukkan hubungan satu
arah, yaitu pengaruh variabel-variabel yang mempengaruhi pengungkapan. Variabel
independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Biaya pinjaman (Cost of
Debt), Biaya ekuitas (Cost of Equity), Prosentase kepemilikan manajerial
(Manajerial Ownership), Laba, Prosentase perubahan laba, dan
Shareholders’Equity. Sedangkan untuk variabel dependennya adalah tingkat
pengungkapan laporan keuangan perusahaan karena disclosure merupakan sarana
pencapaian efisiensi dan sebagai sarana akuntabilitas publik yang signifikan.
BAB X
Konvergensi Akuntansi
Konvergensi Akuntansi
Konvergensi;
pengertian harfiahnya adalah dua benda atau lebih bertemu/bersatu di suatu
titik; pemusatan pandangan mata ke suatu tempat yang amat dekat. Konvergensi
berasal dari bahasa Inggris yaitu Convergence. Kata konvergensi merujuk pada
dua hal/benda atau lebih bertemu dan bersatu dalam suatu titik (Arismunandar,
2006: 1) . Konvergensi akan mudah dibayangkan jika menggunakannya dalam ilmu
fisika khususnya tentang cahaya. Cahaya matahari datang dari berbagai sudut
yang kemudian dikumpulkan atau dibiaskan oleh loop (kaca pembesar) pada satu titik.
Penggabungan berkas-berkas cahaya tersebut adalah peritiwa konvergensi.
Istilah konvergensi ini bisa dipadukan
dengan kata-kata lainnya, misalnya dalam konteks ini adalah IFRS. Sehingga,
konvergensi ke IFRS berarti penggabungan atau pengintegrasian Standar,
Interpretasi & Kerangka Kerja dlm rangka Penyusunan & Penyajian Laporan
Keuangan yang diadopsi dari IFRS yang
ada untuk digunakan dan diarahkan ke dalam satu titik tujuan. Istilah
konvergensi secara umum juga merujuk pada kaitannya dengan perkembangan
Akuntansi yang ada diindonesia.
Alasan perlunya konvergensi
ke IFRS:
Setelah kita mengetahui tentang kata IFRS
dan Konvergensi maka kita bisa mendapatkan jawaban apa alas an perlunya
konvergensi ke IFRS, mungkin salah satu alasannya IFRS memiliki keunggulan yang
cocok bila dikonvergensi di Indonesia, Pengertian konvergensi IFRS yang
digunakan merupakan awal untuk memahami apakah penyimpangan dari PSAK harus
diatur dalam standar akuntansi keuangan. Pendapat yang memahami konvergensi
IFRS adalah full adoption menyatakan Indonesia harus mengadopsi penuh seluruh
ketentuan dalam IFRS, termasuk penyimpangan dari IFRSs sebagaimana yang diatur
dalam IAS 1 (2009): Presentation of Financial Statements paragraf 19-24. IFRS
menekankan pada principle base dibandingkan rule base.
Tujuan akhir dari konvergensi IFRS adalah
PSAK sama dengan IFRS tanpa adanya modifikasi sedikitpun. Di sisi lain, tanpa
perlu mendefinisikan konvergensi IFRS itu sendiri, berdasarkan pengalaman
konvergensi beberapa IFRS yang sudah dilakukan di Indonesia tidak dilakukan
secara full adoption.Sistem kepengurusan perusahaan di Indonesia yang memiliki
dewan direksi dan dewan komisaris (dual board system) berpengaruh terhadap
penentuan kapan peristiwa setelah tanggal neraca, sebagai contoh lain dari
perbedaan antara PSAK dengan IFRS. Indonesia melalui Dewan Standar Akuntansi
Keuangan (DSAK) – Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sedang melakukan proses
konvergensi IFRS dengan target penyelesaian tahun 2012. IFRS menekankan pada
principle base dibandingkan rule base.
Indonesia akan mengadopsi
IFRS secara penuh pada 2012, Strategi adopsi yang dilakukan untuk konvergensi
ada dua macam, yaitu big bang strategy dan gradual strategy. Big bang strategy
mengadopsi penuh IFRS sekaligus, tanpa melalui tahapan – tahapan tertentu.
Strategi ini digunakan oleh negara – negara maju. Sedangkan pada gradual
strategy, adopsi IFRS dilakukan secara bertahap. Strategi ini digunakan oleh
negara – negara berkembang seperti Indonesia.
Sasaran Konvergensi IFRS tahun 2012, yaitu
merevisi PSAK agar secara material sesuai dengan IFRS versi 1 Januari 2009 yang
berlaku efektif tahun 2011/2012, Konvergensi IFRS di Indonesia dilakukan secara
bertahap. Adapun manfaat yang diperoleh dari konvergensi IFRS adalah memudahkan
pemahaman atas laporan keuangan dengan penggunaan SAK yang dikenal secara
internasional, meningkatkan arus investasi global melalui transparansi,
menurunkan biaya modal dengan membuka peluang fund raising melalui pasar modal
secara global, menciptakan efisiensi penyusunan laporan keuangan.
BAB XI
Eksposur dan Akuntansi Valas
Eksposur dan Akuntansi Valas
Transaksi
Valas (Valuta asing) menyebabkan timbulnya aksposur valas, yang disebabkan
karena terjadinya perubahan kurs. Eksposur valas yaitu aksposur transaksi,
eksposur translasi, dan eksposur ekonomi, mempunyai substansi ekonomi yang
harus diplaporkan pada laporan keuangan.
Pasar Valas dan Kurs Pasar valas
merupakan mekanisme melalui yang mana valuta suatu negara ditukarkan dengan
valuta negara lain, kurs antar valuta ditetapkan, dan transaksi antar valas
diselesaikan. Dalam hubungannya dengan lokasi fisik, pasar valas bertebaran di
seluruh dunia dan eksis jika individu-individu atau institusi-institusi saling
bertukar valuta dari negara yang berbeda-beda. Dalam hubungannya dengan waktu
eksekusi, transaksi valas dapat terjadi di Spot market dan forward market. Spot
market meliputi pembelian dan penjualan valas yang sangat segera dilaksanakan.
Untuk transaksi kecil di pasar retail, penyelesaiannya adalah segera, sedangkan
untuk transaksi besar di wholesale market butuh waktu sampai dua hari bisnis.
Dalam forward market, para partisipan mengadakan kontrak pada hari ini untuk
penyerahan,/penerimaan valas pada waktu mendatang. Perbedaan antara kurs
sekarang( spote rate) dan kurs masa mendatang( forward rate) disebut premi
(premium) jika kurs mendatang lebih mahal disbanding dengan kurs sekarang, dan
disebut dikon (discount) jika sebaliknya. Sistem moneter dunia terbentuk dari
banyak valuta nasional. Pada saat kurs mudah goyah (volatile), penting bagi
para manajer untuk waspada terhadap resiko valas dan mengmbil langkah-langkah
yang cukup untuk mengatasinya. Daya saing perusahaan terlibat dalam bisnis
internasional dapat dipengaruhi oleh fluktuasi kurs.
Eksposur Valas Eksposur
valas merupakan sebuah ukuran terhadap potensi perubahan profitabilitas, arus
kas, dan nilai pasar sebuah perusahaan yang disebabkan oleh perubahan kurs.
Eksposur valas secara konvensional diklasifikasi menjadi 3 tipe:
1.
Eksposur
translasi atau eksposur akuntansi Merupakan potensi peningkatan atau penurunan
nilai bersih perusahaan induk dan laba bersih yang dilaporkannya, yang
disebabkan oleh fluktuasi kurs sejak tanggal laporan keuangan konsolidasian
periode sebelumnya. Tujuan utama translasi adalah untuk menyusun laporan
keuangan konsolidasian, translasi juga membantu dalam mengevaluasi kinerja
semua perusahaan afiliasi dimanapun dengan mengubah angka-angka laporan ke
dalam sebuah valuta umum ( yaitu valuta perusahaan induk).
2.
Eksposure
transaksi Berkaitan dengan sensitifitas arus kas kontraktual yang dinyatakan
dala valas terhadap perubahan kurs yang diukur dalam valuta domestic perusahaan
tersebut. Eksposur transaksi dapat timbul karena transaksi-transaksi berikut:
a. Membeli atau menjual barang secara kredit b. Meminjam atau meminjamkan dana
dalam valas c. Terikat kontrak untuk membeli/menjual valas pada tanggal
tertentu di masa mendatang d. Transaksi lain untuk mendapatkan asset atau utang
yang dinyatakan dalam valas.
3.
Eksposur
ekonomi/operasi Menaksir dampak perubahan kurs di masa mendatang terhadap
operasi perusahaan dan posisi kompetitifnya terhadap perusahaan-perusahaan
lain. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi langkah-langkah strategis yang
dapat diambil perusahaan untuk meningkatkan atau mempertahankan nilai
perusahaan tersebut terhadap perubahan kurs yang tidak diduga. Eksposur ini
bersifat subyektif karena adanya ketidakpastian yang lebih besar dari
variabel-variabel ekonomi dalam jangka panjang.
Akuntansi Untuk Fluktuasi Kurs Perusahaan
yang terlibat dalam bisnis global menghadapi resiko terjadinya laba atau rugi
dari fluktuasi kurs. Tetapi untuk memahi hal tersebut ada manfaat untuk
membedakan antara transaksi asing dan transaksi valas karena tidak semua
transaksi asing dinyatakan dalam valas, sehingga tidak setiap transaksi asing
merupakan transaksi valas. Penting untuk dipahami bahwa terdapat perbedaan
atara laba dan rugi transaksi dan laba dan rugi translasi. Laba dan rugi
transaksi direalisasi dan mempengaruhi arus kas perusahaan. Dibandingkan dengan
jumlah rupiah yang diterima seandainya dibayar tunai, jumlah tersebut dapat
sama besar, lebih besar atau lebih kecil. Potensi inilah yang disebut eksposur
transaksi. Perlakuan akuntansi terhadap laba dan rugi transaksi valas yaitu
laba dan rugi tersebut harus dimasukkan ke dalam laporan hasil usaha dan
mempengaruhi laba pada periode terjadinya laba dan rugi transaksi tersebut.
Akuntansi Transaksi Valas Dalam transaksi
valas salah satu isu akuntansinya adalah bagaimana transaksi tersebut harus
dicatat dalam melaporkan valuta pada tanggal terjadinya transaksi dan pada saat
penyelesaiaan. Dalam transaksi tunai, terdapat persetujuan umum bahwa transaksi
harus dicatat dengan menggunakan kurs pada tanggal transaksi( spot exchange
rate). Tetapi dalam transaksi kredit ada 2 lagi isu akuntansi yang muncul,
salah satunya adalah bagaimana melaporkan penyesuaian kurs pada tanggal
pelaporan keuangan. Ada 2 pandangan mengenai apakah transaksi harus dianggap
sebagai sebuah transaksi tunggal atau 2 buah transaksi :
1.
Pendekatan
Transaksi Tunggal Pandangan yang digunakan adalah bahwa hanya ada satu
transaksi ekonomi yang dicatat yaitu transaksi penjualan/pembelian. Sedangkan
pelunasan utang atau penerimaan pelunasan piutang valas dianggap sebagai bagian
esensial dari transaksi ekonomi untuk menjual atau membeli barang atau jasa.
2.
Pendekatan Transaksi Ganda Dalam pendekatan
ini utang dan piutang dianggap sebgai sebuah transaksi kedua yang berbeda atau
terpisah dari transaksi asli yang berupa pembelian atau penjualan barang atau
jasa. Dalam pendekatan ini manajemen tidak dapat memperkirakan besarnya kurs
pada tanggal penyelesaian transaksi.
Akuntansi
Translasi Valas Pada transaksi kredit menimbulkan masalah mengenai bagaimana
melaporkan perubahan kurs, antara kurs pada tanggal transaksi dan kurs pada
tanggal penyelesaian. Ada 2 pendapat mengenai hal ini: - pendapat pertama
dilakukan penyesuaian. Alasannya : laporan keuangan harus mencerminkan kondisi
keuangan pada tanggal transaksi atau tanggal penyesuaian. - Pendapat kedua,
tidak dilakukan penyesuaian, kurs tanggal transaksi dan kurs tanggal neraca,
seperti halnya dengan kurs pada tanggal transaksi adalah tidak nyata dan tidak
direalisasi akan berubah menjadi kurs nyata dan akan Ada 4 metode untuk menstralai
valas direalisasi pada tanggal penyelesaian.
yaitu:
1.
Metode Current Rate: Pada metode ini semua item neraca ( kecuali modal)ditranslasi pada kurs
sekarang, Sedangkan akun modal saham dan agio modal ditranslasi pada kurs
historis. Pada metode ini laba dan rugi translasi valas tidak mempengaruhi
laporan hasil usaha, serta tidak memperhatikan perbedaan sifat asset dan utang
atau lama waktu atau durasi.
2.
Metode Temporal: Pada metode ini, basis pengukuran asset atau kewajiban menentukan
besarnya kurs yang digunakan dalam translasi dan Sebagian besar pendapatan dan
biaya ditranslasi dengan kurs rerata perode terkait. Metode ini dapat digunakan
untuk setiap basis ukuran( kos historis, harga pengganti sekarang atau haraga
pasar sekarang).
3.
Metode
Current/ Non-Current: Prinsip-prinsip yang mendasari adalah asset dan utang
harus ditranslasi berdasarkan saat jatuh temponya. Serta berbasis pada klasifikasi
aktifa dan utang yang sepenuhnya tidak berkaitan dengan pengaruh ekonomi dari
fluktuasi kurs terhadap aktifa dan utang.
4.
Metode Moneter / Non-Moneter: Semua item moneter sperti ( kas,utang dan piutang)
pada neraca sebuah perusahaan anak diluar negeri ditranslasi pada tariff kurs
sekarang, karena metode ini berpersepsi bahwa item-item tersebut terpengaruh
oleh resiko kurs. Sebagian besar item laporan hasil usaha di translasi pada
kurs rerata untuk periode tersebut.
BAB XII
Laporan Keuangan
Laporan Keuangan
Laporan
keuangan dapat dengan jelas memperlihatkan gambaran kondisi keuangan dari
perusahaan. Laporan keuangan yang merupakan hasil dari kegiatan operasi normal
perusahaan akan memberikan informasi keuangan yang berguna bagi entitas-entitas
di dalam perusahaan itu sendiri maupun entitas-entitas lain di luar perusahaan.
Menurut Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI) (2007, hal 7) :
” Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keungan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang disajikan dalam berbagai cara misalnya laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.”
” Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keungan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang disajikan dalam berbagai cara misalnya laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.”
Tujuan laporan keuangan:
1.
Menyediakan
informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi
keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam
pengambilan keputusan ekonomi.
2.
Laporan keuangan
yang disusun untuk tujuan ini adalah memenuhi kebutuhan bersama dari sebagian
besar pengguna. Namun demikian laporan keuangan tidak menyediakan semua
informasi yang mungkin dibutuhan pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi,
karena secara umum menggambarkan pengruh keuangan berbagai kejaidian di masa
yang lalu (historis), dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non keuangan.
3.
Laporan keuangan
juga telah menunjukkan apa yang telah dilakukan ole manajemen (stewardship)
atau merupakan pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan
kepadanya.
Jenis-jenis laporan
keuangan:
·
Neraca:
Neraca adalah suatu laporan yang menggambarkan mengenai jumlah aktiva, hutang, serta modal suatu perusahaan pada saat tertentu.
Neraca adalah suatu laporan yang menggambarkan mengenai jumlah aktiva, hutang, serta modal suatu perusahaan pada saat tertentu.
·
Laporan
Laba/Rugi:
Menurut Wild, Subramanyam, dan Halsey (2007, hal 19) :
Menurut Wild, Subramanyam, dan Halsey (2007, hal 19) :
“Laporan laba rugi adalah suatu laporan yang mengukur
kinerja keuangan sebuah perusahaan diantara tanggal neraca. Laporan ini merepresentasikan
kegiatan operasional perusahaan. Laporan laba rugi menyediakan informasi secara
menyeluruh mengenai pendapatan, biaya, laba dan rugi perusahaan dalam suatu
kurun waktu tertentu.”
·
Laporan Arus
Kas:
Laporan arus kas seringkali juga disebut sebagai laporan sumber dan penggunaan dana.
Laporan arus kas seringkali juga disebut sebagai laporan sumber dan penggunaan dana.
BAB XIII
Akuntansi Perubahan Harga
Akuntansi Perubahan Harga
Akuntansi
perubahan harga (accounting for price changes) mengacu pada perlakuan akuntansi
terhadap perubahan atau selisih harga
dan masalah akuntansi dalam kondisi yang didalamnya harga-harga berubah.
Dalam
merancang akuntansi yang akan diterapkan dalam suatu lingkungan ekonomik
tertentu, perlu ditentukan struktur atau rerangka akuntansi pokok yang
menghasilkan statemen keuangan dasar.
Rerangka
Akuntansi Pokok
Rerangka
akuntansi pokok akan menentukan batas pengakuan transaksi sehingga data yang
masuk dalam statemen keuangan dasar akan merupakan informasi yang minimal harus
dipenuhi dalam pelaporan keuangan. Informasi tambahan atau pelengkap merupakan
bagian dari usaha untuk mencapai tujuan pelaporan keuangan. Informasi pelengkap
akan menambah keberpautan informasi akuntansi sementara kualitas objektivitas
dan keterujian masih tetap terjaga dalam statemen keuangan dasar.
Berbagai
usulan akuntansi untuk memperbaiki kelemahan akuntansi berbasis kos dapat
diadopsi oleh rerangka akuntansi pokok tanpa harus mengganti struktur
akuntansinya. Akuntansi perubahan harga merupakan bagian dari pelaporan
keuangan untuk mencapai tujuan penyajian informasi keuangan. Kalau konsep
pemrosesan data dapat dipisahkan dengan proses pelaporan data maka akuntansi
perubahan harga tidak perlu mengganti rerangka akuntansi pokok. Paton dan
Littleton menyatakan bahwa informasi perubahan harga akan berkurang manfaatnya
atau maknanya atau bahkan tidak bermanfaat samasekali tanpa disertai dengan
informasi atas dasar kos historis. Perubahan harga adalah perbedaan jumlah
rupiah yang dapat digunakan untuk membeli barang atau jasa yang sama pada waktu
yang berbeda. Rerangka akuntansi pokok didasarkan pada asumsi bahwa daya beli
uang stabil sepanjang masa. Kos dianggap merepresentasi nilai. Dalam keadaan
terjadi perubahan harga, kos historis dipertahankan karena alasan keterandalan
(keobjektifan pengukuran dan keterujian data). Dalam kondisi perubahan harga
sangat mencolok, keberpautan informasi dengan keputusan menjadi berkurang, Agar
kualitas keterandalan (reliabilitas) dan keberpautan. (relevansi) dapat
dicapai, rerangka akuntansi pokok harus dilengkapi dengan informasi perubahan
harga untuk menunjukkan pengaruhnya terhadap laba dan posisi keuangan.
Rerangka
akuntansi pokok akan menghasilkan statemen keuangan dasar. Paton dan Littleton
menegaskan bahwa data dasar hendaknya merupakan angka yang terandalkan yaitu
obyektif dan dapat diverifikasi.
Tujuan
pelaporan keuangan tidak terbatas pada masalah pertanggungjelasan tetapi juga
pada pemenuhan kebutuhan pengambilan keputusan ekonomi yang lebih luas. Tujuan
penyajian informasi untuk pertanggung jawaban menjadi tidak berarti atau bahkan
dapat diganti sama sekali.
Kos
merupakan jumlah rupiah kesepakatan dalam rangka memperoleh barang dan jasa dan
merupakan jumlah rupiah kesepakatan dalam rangka penyerahan produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan.
·
Masalah
akuntansi
Perubahan harga
menimbulkan masalah bagi akuntansi dalam hal penilaian, unit pengukur, dan
pemertahanan kapital. Masalah penilaian berkaitan dengan dasar yang harus
digunakan untuk mengukur nilai pos pada suatu saat. Masalah unit pengukur
berkaitan dengan perubahan daya beli akibat perubahan tingkat harga umum.
Masalah pemertahanan capital berkaitan dengan pengertian laba sebagai selisih
dua kapital yang harus ditentukan jenisnya; financial atau fisis.
Sebagai data
dasar, dalam kondisi perubahan harga akuntansi kos historis menghadapi tiga
masalah fundamental yang berkaitan dengan penilaian (valuation), unit pengukur
(measurement unit) dan pemertahanan kapital (capital maintenance).
·
Masalah
Penilaian
Nilai aset
individual atau spesifik akan berubah kalau dibandingkan dengan aset tertentu
yang lain meskipun daya beli uang tidak berubah. Perubahan ini disebabkan oleh
penggunaan teknologi yang berbeda atau kemampuan produk baru yang lebih tinggi.
Persepsi atau
selera orang terhadap manfaat atau nilai barang tertentu dapat pula menyebabkan
perubahan nilai yang akhirnya mempengaruhi harga barang tersebut. Perubahan
harga semacam ini disebut dengan
perubahan harga spesifik.
Akuntansi
menghadapi masalah dalam hal ini karena kos tercatat untuk suatu asset tidak
lagi menggambakan nilai asset tersebut. Model akuntansi untuk menghadapi
masalah ini adalah akuntansi nilai sekarang
yang pengukuran nilainya
bergantung pada dasar penilaian yang dianut yaitu kos sekarang atau nilai
keluaran sekarang.
·
Masalah Unit
Pengukur
Daya beli uang
dapat berubah sehingga unit moneter sebagai pengukur nilai tidak bersifat
homogenus lagi kalau dikaitkan dengan waktu. Perubahan nilai unit pengukur ini terjadi karena
perubahan tingkat harga secara umum dalam ekonomi suatu negara. Artinya, kalau
nilai atau manfaat suatu barang tidak berubah, jumlah unit moneter yang dapat
digunakan untuk memperoleh barang yang sama akan berbeda dari waktu ke waktu
karena daya beli uang berubah.
Secara umum,
daya beli uang semakin menurun karena adanya inflasi. Akuntansi menghadapi
masalah ini karena kos yang diukur satuan rupiah nominal tidak lagi homogenus
untuk beberapa pos sehingga penjumlahan kos vertikal atau horisontal sebenarnya
tidak bermakna lagi.
Bila perubahan
nilai dan daya beli terjadi bersama-sama pengaruh keduanya terhadap kos
historis harus ditunjukkan dalam pelaporan keuangan. Untuk mengatasinya disebut
secara umum sebagai akuntansi kos sekarang/rupiah konstan.
·
Masalah Pemertahanan
Kapital
Laba adalah
kenaikan kapital dalam suatu periode yang dapat didistribusi atau dinikmati
setelah kapital awal dipertahankan. Untuk menentukan laba dengan mempertahankan
kapital, tiga hal penting dalam mengukur kapital harus dipertimbangkan yaitu
dasar penilaian, skala pengukuran, dan jenis kapital terutama dalam hal terjadi
perubahan harga atau nilai. Masalah unit pengukur dalam perubahan harga
berkaitan dengan skala pengukuran. Masalah pemertahanan kapital dalam perubahan
harga berkaitan dengan jenis kapital yang harus dipertahankan yaitu finansial
atau fisis.
Bila pengaruh perubahan
harga seperti di atas tidak diperhatikan, dalam keadaan perubahan harga
menarik, perhitungan laba atas dasar kos historis cenderung tersaji lebih. Hal
ini disebabkan perubahan akibat kenaikan harga atau untuk penahanan melekat
pada angka laba. Angka laba yang tersaji lebih dapat mengakibatkan distribusi
laba yang melebihi jumlah yang dapat menyisakan laba untuk mempertahankan
kapital.
Model
akuntansi untuk mengatasi masalah perubahan harga adalah kos sekarang/capital
fisis atau disebut akuntansi nilai pengganti yang secara teknis sama dengan
akuntansi kos sekarang. Perbedaanya terletak pada penyajian dan interpretasi
jumlah rupiah untuk mempertahankan capital dalam statemen laba-rugi.
·
Pos-Pos Moneter
dan Nonmoneter
Berkaitan dengan perubahan harga, pos-pos statemen
keuangan dapat dikategori menjadi pos moneter dan nonmoneter.
·
Pos Moneter
Pos-pos moneter terdiri atas aset moneter dan
kewajiban moneter. Aset moneter adalah klaim untuk menerima kas di masa
mendatang dengan jumlah dan saat yang pasti tanpa mengaitkan dengan harga masa
datang barang dan jasa tertentu.
Kewajiban moneter adalah keharusan untuk membayar uang
di masa mendatang dengan jumlah dan saat pembayaran yang sudah pasti. Implikasi
perubahan harga terhadap pos-pos moneter lebih berkaitan dengan perubahan daya
beli yang menimbulkan untung atau rugi daya beli. Untung atau rugi daya beli
timbul kalau perusahaan menahan pos-pos moneter dalam keadaan daya beli
berubah.
Pos-pos moneter berkaitan dengan masalah untung atau
rugi daya beli sedangkan pos-pos nonmoneter berkaitan dengan untung atau rugi
penahanan.
·
Pos-Pos
Nonmoneter
Pos-pos nonmoneter adalah pos-pos selain yang bersifat
moneter yang juga terdiri atas aset nonmoneter dan kewajiban nonmoneter. Aset
nonmoneter adalah aset yang mengandung jumlah rupiah yang menunjukkan nilai dan
nilai tersebut berubah-ubah dengan berjalannya waktu atau aset yang merupakan
klaim untuk menerima potensi jasa atau manfaat fisis tanpa memperhatikan
perubahan daya beli.
Kewajiban nonmoneter adalah keharusan untuk
menyerahkan barang dan jasa atau potensi jasa lainnya dengan kuantitas tertentu
tanpa memperhatikan daya beli atau perubahan nilai barang atau potensi jasa
tersebut pada saat diserahkan. Implikasi perubahan harga terhadap pos
nonmoneter adalah terjadinya perbedaan nilai tukar antara saat pos-pos tersebut
diperoleh atau terjadi dan nilai tukar saat meretia diserahkan atau dilaporkan
pada akhir perioda.
Pos-pos
moneter berkaitan dengan untung atau rugi daya beli sedangkan pos-pos
nonmoneter dengan untung atau rugi penahanan.
Perubahan Harga
Harga
merepresentasi nilai tukar barang dan jasa pada suatu saat dalam suatu
lingkungan ekonomik. Barang dan jasa dapat berupa barang dan jasa antara yaitu
berupa faktor produksi atau produk akhir (barang dan jasa untuk konsumsi).
Harga
masukan adalah harga faktor produksi dan harga barang atau jasa antara yang
diperoleh untuk tujuan diolah lebih lanjut. Harga keluaran adalah harga barang
dan jasa yang dijual sebagai produk perusahaan. Pasar faktor produksi disebut
pasar masukan dan pasar produk akhir disebut pasar keluaran.
Secara
umum, perubahan harga adalah perbedaan jumlah rupiah untuk memperoleh barang
atau jasa yang sama pada waktu yang berbeda dalam pasar yang sama (masukan atau
keluaran). Dari segi akuntansi, perubahan harga adalah perbedaan antara kos
tercatat suatu objek (pos) dan jumlah rupiah yang menggambarkan nilai objek
(pos) pada saat tertentu. Dari sudut perusahaan, perbedaan harga masukan dan
keluaran bukan merupakan perubahan harga tetapi lebih merupakan laba yaitu
kenaikan nilai ekonomik yang diharapkan karena proses produksi.
Karakteristik
perubahan harga barang dan jasa, ada tiga jenis perubahan harga yaitu : (1)
perubahan harga umum, (2) perubahan harga spesifik, dan (3) perubahan harga
relatif
1.
Perubahan Harga
Umum
Perubahan harga umum yaitu perubahan karena inflasi
atau daya beli. Terjadi perubahan meskipun manfaat atau daya tukar barang sama.
Perubahan harga umum mencerminkan kenaikan atau penurunan nilai tukar satuan
uang atau dikenal dengan perubahan daya beli. Perubahan tersebut dapat disebabkan
pada umumnya oleh kekuatan-kekuatan faktor ekonomik seperti tersedianya uang
atau kecepatan beredarnya uang dibandingkan dengan tersedianya barang atau jasa
dalam perekonomian suatu negara. Penyebab
lain adalah ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran barang dan
jasa secara umum atau perubahan harga pasar dunia untuk komoditas dasar
tertentu. Perubahan harga umum ditandai oleh perubahan seluruh harga barang dan
jasa dengan tingkat dan arah yang sama.
·
Inflasi dan Daya
Beli Uang
Indeks harga dapat memberi gambaran perubahan tingkat
harga dari waktu ke waktu. Perubahan indeks harga merefleksi pula perubahan
daya beli atau nilai tukar uang. Kenaikan indeks harga berarti penurunan daya
beli demikian pula sebaliknya. Daya beli uang adalah kemampuan satuan uang pada
saat tertentu untuk ditukarkan dengan barang.
Gejala kenaikan tingkat harga umum dari waktu ke waktu
disebut inflasi. Inflasi ditunjukkan oleh indeks harga umum yang cenderung
menaik dari waktu ke waktu. Perubahan relatif indeks harga dari perioda satu ke
perioda berikutnya disebut dengan laju inflasi.
·
Implikasi
Akuntansi
Kos berbagai objek yang diukur dengan satuan uang pada
waktu yang berbeda-beda sebenarnya merupakan jumlah rupiah yang tidak homogenus
sehingga tidak dapat dijumlahkan. Karena bersifat moneter, meretia sudah
merefleksi kos atau harga sekarang setiap saat atau pada tanggal pelaporan.
Dengan adanya perubahan daya beli, perusahaan kemungkinan akan mendapat untung
atau menderita rugi karena perusahaan menahan pos-pos moneter.
Untung atau rugi daya beli pos moneter terjadi apabila
perusahaan menahan aset moneter atau mempunyai utang moneter dalam jangka waktu
tertentu. Dalam kondisi inflasi, menahan aset moneter akan menimbulkan rugi
daya beli. Dalam kndisi deflasi menahan aset moneter akan memberikan
untung daya beli dan menahan utang
moneter akan mengakibatkan rugi daya beli.
·
Interpretasi
Untung / Rugi Daya Beli
Jumlah rupiah untung atau rugi daya beli merupakan
informasi untuk membantu pemakai dalam menentukan laba ekonomik perusahaan
karena informasi tersebut berkaitan dengan seberapa jauh kapital secara
ekonomik harus dipertahankan.
Untung daya beli penahanan utang dapat diperlakukan
sebagai pengurangan aset yang diperoleh dengan utang tersebut. Untung atau rugi daya beli pos moneter lancar
dapat dianggap terrealisasi pada saat pos aset moneter lancar diterima uangnya
atau pada saat utang moneter lancar dilunasi. Dari sudut pandang perusahaan
sebagai kesatuan usaha, untung atau rugi daya beli utang jangka panjang dalam
suatu perioda tidak mempengaruhi besarnya laba.
Dari sudut likuiditas, untung atau rugi daya beli akan
memberi informasi apakah perusahaan dapat menjaga likuiditas operasinya. Dalam
kondisi inflasi, tentu saja modal kerja moneter akan cenderung menurun daya
belinya.
2.
Perubahan Harga
Spesifik
Perubahan harga
spesifik adalah perubahan harga barang tertentu karena nilai instrinsik barang
tersebut berubah sehingga nilai tukarnya juga berubah baik di pasar masukan
maupun pasar keluaran.
Perubahan harga
spesifik terjadi karena berbagai faktor antara lain perubahan selera konsumer,
perubahan teknologi di bidang teknik industri dan spekulasi atau perubahan
harapan masyarakat terhadap kuantitas barang dan jasa tertentu yang tersedia
dalam masyarakat.
Perubahan harga
spesifik dalam pasar masukan akan mengakibatkan kenaikan atau penurunan kos
aset yang yang akhirnya mempengaruhi
biaya bagi perusahan. Perubahan harga spesifik dalam pasar keluaran akan
mengakibatkan kenaikan atau penurunan pendapatan perusahaan.
·
Implikasi
Akuntansi
Dalam akuntansi kos historis, perubahan harga spesifik
ini tidak diperhatikan dan dengan sendirinya perubahan ini akan tersembunyi
dalam perhitungan laba. Seandainya pengaruh perubahan harga spesifik tersebut
dikeluarkan dari perhitungan laba, pengaruh ini akan menjadi untung atau rugi
penahanan.
·
Interpretasi
Untung/Rugi Penahanan
Untung penahanan merupakan informasi tentang jumlah
rupiah untuk mempertahankan kapital.
Dari segi evaluasi kinerja manajemen, akuntansi kos
sekarang sebenarnya memberi informasi tentang kegiatan yang benar-benar
merupakan upaya manajemen dan kegiatan yang semata-mata hanya menahan aset
dalam kaitannya dengan pengelolaan kapital fisis. Laba operasi merupakan hasil kegiatan
produktif, sendangkan untung penahanan merupakan hasil kegiatan penahanan aset
semata. Laba operasi atas dasar kos sekarang merupakan pengukur efisiensi
pengelolaan dana atau kapital fisis perusahaan yang sebenarnya.
Dalam kondisi harga yang menarik, biaya atas dasar kos
sekarang yang dibebankan ke pendapatan akan cenderung lebih tinggi daripada
biaya historis karena itu laba akan cenderung lebih kecil.
3.
Perubahan Harga
Relatif
Perubahan harga
relatif mengukur tingkat penyimpanan perubahan harga barang atau jasa tertentu
terhadap perubahan akibat perubahan tingkat harga umum seluruh barang dan jasa.
Perubahan harga relatif adalah perubahan harga setelah pengaruh perubahan daya
beli dikeluarkan atau diperhitungkan.
Kalau unit moneter
dihomogenuskan dengan indeks harga umum, statemen laba-rugi akan menggambarkan
laba real secara ekonomik. Pengaruh perubahan harga relatif tidak dapat
terungkapkan secara penuh kalau penyesuaian tidak dilakukan baik untuk
perubahan harga spesifik maupun untuk perubahan harga umum. Model akuntansi
yang memperhitungkan pengaurh perubahan harga relatif sebenarnya merupakan
bastar atau hibrida antara model akuntansi daya beli konstan dan akuntansi kos
sekarang. Model hibrida tersebut disebut akuntansi kos sekarang daya beli
konstan.
BAB XIV
Auditing
Auditing
Auditing
adalah suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan menilai bukti-bukti
secara objektif, yang berkaitan dengan asersi-asersi tentang tindakan-tindakan
dan kejadian-kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara
asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan dan
mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Definisi
di atas mengandung arti yang luas dan berlaku untuk segala macam jenis auditing
atau pengauditan yang memiliki tujuan berbeda-beda. Adapun kalimat-kalimat
kunci dalam definisi auditing di atas adalah sebagai berikut:
1.
Proses yang
Sistematis
Yaitu
mengandung makna sebagai rangkaian langkah atau prosedur yang logis, terencana,
dan terorganisasi.
2.
Memperoleh dan Menilai Bukti Secara Obyektif
Yaitu
mengandung arti bahwa auditor memeriksa dasar-dasar yang dipakai untuk membuat
asersi atau pernyataan oleh manajemen dan melakukan penilaian tanpa sikap
memihak.
3.
Asersi-asersi tentang Tindakan-tindakan dan
Kejadiankejadian Ekonomi
Yaitu
asersi atau pernyataan tentang kejadian ekonomi yang merupakan informasi hasil
proses akuntansi yang dibuat oleh individu atau suatu organisasi. Hal penting
yang perlu dicatat adalah bahwa asersi-asersi tersebut dibuat oleh penyusun
laporan keuangan, yaitu manajemen perusahaan atau pemerintah, untuk selanjutnya
dikomunikasikan kepada para pengguna laporan keuangan, jadi bukan merupakan
asersi dari auditor.
4.
Tingkat Kesesuaian antara Asersi-asersi dengan
Kriteria yang Telah Ditetapkan
Yaitu
secara spesifik memberikan alasan mengapa auditor tertarik pada pernyataan atau
asersi dan bukti-bukti pendukungnya. Namun agar komunikasi tersebut efisien dan
dapat dimengerti dengan bahasa yang sama oleh para pengguna, maka diperlukan
suatu kriteria yang disetujui bersama. Dalam audit laporan keuangan, kriteria
yang digunakan untuk mengukur tingkat kesesuaian adalah Prinsip Akuntansi
Berterima Umum (PABU).
5.
Mengkomunikasikan Hasilnya kepada Pihak-pihak
yang Berkepentingan
Yaitu
kegiatan terakhir dari suatu auditing atau pengauditan adalah menyampaikan
temuan-temuan dan hasilnya kepada pengambil keputusan. Hasil dari auditing
disebut atestasi atau pernyataan pendapat (opini) mengenai kesesuaiannya antara
asersi atau pernyataan tersebut dengan kriteria yang ditetapkan, yaitu prinsip
akuntansi berterima umum (PABU).
Standar
Auditing adalah sepuluh standar yang ditetapkan dan disahkan oleh Institut
Akuntan Publik Indonesia (IAPI), yang terdiri dari standar umum, standar
pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan beserta interpretasinya. Standar
auditing merupakan pedoman audit atas laporan keuangan historis. Standar
auditing terdiri atas sepuluh standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan
Standar Auditing (PSA). Dengan demikian PSA merupakan penjabaran lebih lanjut
masing-masing standar yang tercantum di dalam standar auditing.
Di
Amerika Serikat, standar auditing semacam ini disebut Generally Accepted
Auditing Standards (GAAS) yang dikeluarkan oleh the American Institute of
Certified Public Accountants (AICPA).
Pernyataan Standar Auditing (PSA)
PSA
merupakan penjabaran lebih lanjut dari masing-masing standar yang tercantum di
dalam standar auditing. PSA berisi ketentuan-ketentuan dan pedoman utama yang
harus diikuti oleh Akuntan Publik dalam melaksanakan penugasan audit. Kepatuhan
terhadap PSA yang diterbitkan oleh IAPI ini bersifat wajib bagi seluruh anggota
IAPI. Termasuk di dalam PSA adalah Interpretasi Pernyataan Standar Auditng
(IPSA), yang merupakan interpretasi resmi yang dikeluarkan oleh IAPI terhadap
ketentuan-ketentuan yang diterbitkan oleh IAPI dalam PSA. Dengan demikian, IPSA
memberikan jawaban atas pernyataan atau keraguan dalam penafsiran
ketentuan-ketentuan yang dimuat dalam PSA sehingga merupakan perlausan lebih
lanjut berbagai ketentuan dalam PSA. Tafsiran resmi ini bersifat mengikat bagi
seluruh anggota IAPI, sehingga pelaksanaannya bersifat wajib.
***
Sumber:
·
Auditing
Pendekatan Sektor Publik dan Privat, Penulis: Sekar Mayangsari, Puspa
Wandanarum, Hal: 7-9.